Cita-cita Sejati


Cita-cita Sejati - Kali ini mencoba merenungkan kembali wejangan Cak Nun pada Pagelaran Kyai Kanjeng di Universitas Jember 5 November 2013, sekaligus mencoba melanjutkan bahasan kemarin, Cita-Cita di Masa Kecil. Sebenarnya acara tersebut sudah pernah dituliskan pada blog ini dengan judul Pagelaran Kyai Kanjeng Pada Festival Tegal Boto 2013 Universitas Jember, tapi ada beberapa bahasan yang tidak tertuliskan dalam artikel tersebut karena bingung mau ditaruh di segmen yang mana. Sebagai pembuka, akan ditampilkan sebuah paragraf yang pernah ditulis.
Terhitung ada 9 kata sejati yang tertulis. Yang ingin ku renungkan bersama adalah kata-kata Cak Nun yang mengatakan, "Kita harus menemukan 'diriku' yang sejati, bukan 'diriku' yang dididik guruku". Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata sejati memiliki arti sebenarnya (tulen, asli, murni, tidak lancung, tidak ada campurannya). Menurut Cak Nun, Allah sudah menciptakan ruh-ruh manusia sudah sejak lama sebelum ditiupkan kedalam jasad manusia. Mereka (ruh) telah menandatangi kontrak akan jadi apa mereka kelak. Sehingga sebenarnya tidak ada yang namanya pengangguran atau pengemis dibumi ini. Akan tetapi, sebelum ruh ditiupkan ke jasad manusia, Allah membuat mereka lupa akan kontrak tersebut dan memerintahkan agar kelak mereka mencari diri mereka yang sejati, diri mereka yang ada dalam kontrak.

Bagaimana caran mencari diri kita yang sejati? Jalan yang terbaik adalah lewat pendidikan. Bukankah pendidikan itu tidak penting? Yang penting sukses? Seperti yang pernah dikatakan oleh Muluk kepada temannya Samsul, karakter dalam film Alangkah Lucunya Negri Ini yang disturadarai oleh Dedy Mizwar, "Itu hasil pendidikan Sul, kalo lo nggak berpendidikan, lo nggak akan tahu kalau pendidikan itu nggak penting, makanya pendidikan itu penting". Dengan pendidikan kita akan tahu dimana letak bakat dan minat kita. Waktu kecil cita-cita kita seperti itu, beranjak dewasa kita akan sadar dimana bakat kita sehingga meletakkan bakat itu kedalam cita-cita.

Cita-cita sejati berada dalam diri kita yang sejati. Bukan bentukkan guru atau orang tua. Yang hanya bisa didapatkan dengan kesadaran sejati saat bersandarkan diri dengan keikhlasan, ketulusan dan kepasrahan hanya kepada Allah semata. Jadi pertanyaanku kemarin pada post Cita-Cita di Masa Kecil, terjawab. Jika nanti aku punya anak, aku tak akan menyarankan profesi apapun padanya. Biarkan dirinya sendiri yang mencari dirinya yang sejati. Argh imajinasi yang terlalu jauh. Tapi begitulah Cita-cita Sejati.


10 komentar untuk "Cita-cita Sejati"

  1. gue juga mau ah berkomentar secara sejati:D

    klo gue sepertinya udah nemu cita-cita sejati gue:D
    klo waktu kecil itu cita-cita sering berubah2

    BalasHapus
  2. kesejatian diri hanya bisa didapatkan dengan kesadaran sejati saat bersandarkan hanya kepada Allah semata,
    keep happy blogging always..salam dari Makassar :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya Allah... dari kemarin mau nulis ini, tapi lupa. Pengajiannya udah lama, ijin saya tulis diatas ya pak :)

      Hapus
  3. bnr itu mas...
    jati diri mengalir dgn sndrinya..

    slm kenal.. http://citramediatica.com/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya nggak bisa dipaksa...
      Salam kenal kembali, terimakasih sudah mampir.

      Hapus
  4. Oh cita-cita sejati, masih bingung gue cita-cita gue apaan, dari kecil sampe sekarang masih labil -__-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apapun cita-citanya asal jangan bercita-cita jadi manusia labil ya bro hahaha

      Hapus
  5. Kalo waktu kecil dulu, gue pernah punya cita-cita pengin jadi dokter. Alhamdulillah, nggak kesampean. Dan, sekarang gue udah punya cita-cita yang insyaallah bakal sejati. Hehe :))))

    BalasHapus