Apakah Listrik Akan Menjadi Solusi atas Mahalnya Bahan Bakar Minyak?

Apakah Listrik Akan Menjadi Solusi atas Mahalnya Bahan Bakar Minyak? - Sebelum menulis lebih jauh, saya menyatakan bahwa tulisan ini adalah sebuah opini saya pribadi tanpa adanya riset data. Adapun plot cerita yang saya gunakan berada pada sebuah Desa Antahberantah di sebuah negri yang penduduknya dapat memanipulasi chakra menjadi berbagai macam elemen.

Beberapa hari lalu, dengan dalih mengurangi subsidi bahan bakar gas di Desa Antahberantah, Mentri Badan Usaha Milik Antahberantah mengumumkan akan membagikan kompor listrik kepada warga desa. Dengan harapan program bagi-bagi kompor ini dapat mewujudkan transisi energi dan mengurangi subsidi gas di Desa Antahberantah serta diharapkan dapat menekan impor gas dari desa lain dan mendorong kemandirian energi. Efektifkah?

Menurut opini saya pribadi sangat tidak efektif. Mengingat pengguna elemen petir di Antahberantah sangat terbatas, yang terkuat hanya 2 orang dengan chidori milik mereka. Pembagian kompor listrik ini akan terasa efektif jika dilakukan oleh Desa Kumo yang dipimpin oleh Raikage. Karena di Desa Kumo pengguna elemen petir sangatlah banyak.

Pembangkit energi listrik di Desa Antahberantah kebanyakan masih menggunakan bahan bakar fosil seperti solar dan batu bara. Jadi menurut opini saya pribadi, penggunaan kompor listrik, apalagi kendaraan listrik tidak efektif digunakan di Desa Antahberantah. Jika terus memaksakan keadaan, penggunaan energi listrik hanya akan memindah permasalahan saja, bukan mengatasi masalah. Bisa-bisa masalah semakin besar.

Seperti contohnya, beban subsidi bahan bakar akan berpindah ke beban subsidi perusahaan listrik. Pada beberapa kanal berita online disebutkan bahwa Perusahaan Listrik Antahberantah per Maret 2022 mengalami rugi sebesar 71,1 triliun untuk menutupi subsidi listrik. "Untuk Perusahaan Minyak Antahberantah tadi kita lihat arus kas defisitnya estimasinya mencapai 12,98 miliar dolar (191,2 triliun)," kata Mentri Keuangan dalam Rapat Kerja (Raker) dengan Banggar Dewan Perwakilan Warga Antahberantah, Kamis (19/5/2022). Hal ini ditengarai karena adanya kenaikan harga bahan bakar fosil namun harga dasar listrik desa tidak dinaikkan untuk menjaga stabilitas ekonomi desa.

Menurut opini saya pribadi, andai saja tidak ada berita bahwa Perusahaan Listrik Desa Antahberantah merugi maka sangat layak dilakukan transisi energi. Jangan sampai kerugian karena subsidi pada Perusahaan Minyak Desa berpindah menjadi kerugian Perusahaan Listrik Desa.

Lalu masalah lingkungan, kalau produksi listrik masih menggunakan bahan bakar fosil tentu tidak mengurangi emisi gas kendaraan (gas buang dari hasil pembakaran bahan bakar yang berasal dari fosil seperti minyak, gas alam ataupun batubara yang keluar dari kendaraan dan terpancar ke udara), hanya berpindah menjadi emisi gas pada pembangkit listrik. Belum lagi emisi gas pada pabrik produsen baterai.

Oh ya... yang perlu di ingat bahwa baterai bukan sumber listrik! Baterai hanya penyimpan energi listrik yang bisa habis, butuh diisi ulang serta bisa rusak. Belum lagi limbah yang dihasilkan baterai yang rusak, biaya produksi baterai juga tidak murah. Bukannya menjadi solusi tapi hanya memindah masalah!

Menurut opini saya pribadi, lebih baik tidak asal meng-copy teknologi desa maju yang sudah canggih dan serba menggunakan listrik. Tapi harus diteliti juga bagaimana sumber listrik di desa tersebut diporduksi. Apakah produksi listrik di desa tersebut sudah murah atau mungkin sudah menggunakan energi terbarukan? Terlebih produksi listrik Desa Antahberantah saat ini beberapa masih dilakukan oleh pihak swasta lalu didistribusikan oleh Perusahaan Listrik Desa Antahberantah.

Dan lagi jangan membandingkan harga pengisian daya baterai menggunakan listrik dari Perusahaaan Listrik Desa dengan harga pembelian bahan bakar minyak. Ya kalau mau coba isi daya baterai menggunakan listrik dari generator listrik pribadi dari genset atau mungkin punya solar panel, bandingkan biayanya. Kalau pembandingnya menggunakan listrik dari Perusahaan Listrik Desa itu gak sebanding. Ingat bahwa listrik dari Perusahaan Listrik Desa masih disubsidi, perusahaan masih mengalami kerugian. Kalau perusahaan sudah tidak lagi menggunakan subsidi, kalau perusahaan sudah tidak lagi merugi, boleh lah dibanding-bandingkan.

Listrik akan menjadi solusi yang sangat bagus jika pembangunan infrastruktur sumber energi listrik terbarukan dibangun secara masif. Misalnya Pembangkit listrik tenaga air, pembangkit listrik tenaga matahari, pembangkit listrik tenaga gelombang, pembangkit listrik tenaga pasang-surut, pembangkit listrik tenaga angin, pembangkit listrik tenaga biomassa atau pembangkit listrik tenaga yang tidak terbarukan tapi sangat awet seperti tenaga nuklir.

Tapi pembangunan infrastruktur tersebut membutuhkan dana yang sangat banyak sedangkan kas Desa Antahberantah sudah sangat menipis digerus oleh pembangunan jalan tol, pemindahan Ibu Kota Desa dan pembangunan kereta cepat yang tidak lebih cepat dari teknik hiraisin.

Semoga pembangunan infrastruktur pembangkit listrik tenaga terbarukan bisa dibangun sebanyak mungkin di Desa Antahberantah.

Sekali lagi ini hanya opini pribadi tanpa menggunakan data valid, mungkin kenyataan berkata lain. Siapa tahu listrik apapun bentuknya sangat-jauh-lebih-murah dan efektif daripada bahan bakar minyak dan gas.

Terakhir, jangan sampai sejarah transisi energi dari minyak tanah ke LPG terulang pada transisi bahan bakar minyak dan gas ke listrik. Sebagai gambaran, dulu sebelum LPG masiv digunakan warga Desa Antahberantah, warga menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar kompor milik mereka. Karena dinilai subsidi minya tanah dinilai merugikan Desa maka subsidi minyak tanah dihapuskan dan digantikan oleh LPG yang dinilai lebih irit, namun demikian LPG masih menggunakan anggaran subsidi dari Kas Desa.

Kini, subsidi LPG dinilai memberatkan Kas Desa dan Pemerintah Desa akan merubah kompor konvensional menjadi kompor listrik. Jangan sampai sejarah minyak tanah-LPG terulang pada skema LPG-listrik. Semoga ada solusi yang baik untuk Kas Desa dan bersahabat dengan kantong warga Desa. Semoga Desa Antahberantah selalu berkembang dan terus berkembang.


Sumber gambar:Image by wirestock on Freepik

2 komentar untuk "Apakah Listrik Akan Menjadi Solusi atas Mahalnya Bahan Bakar Minyak?"

  1. Andai saja semua orang punya keputusan bijak yang lebih memberi solusi daripada menambah beban masalah atau kalau gini namanya melakukan hal yang tidak perlu dan mengabaikan yang lebih efektif dilakukan. Terima kasih sharingnya!

    BalasHapus
  2. beralih ke listrik kalau emang beneran listrik udah bisa bener2 menggantikan bahan bakar
    dan emang bisa lebih murah sih

    BalasHapus