Saat Paling Tepat Berhenti Berhutang


Berhenti Berhutang - Beberapa hari lalu saya menerima tawaran bagus berupa liburan ke Thailand bersama istri dan anak dengan pembayaran yang bisa dicicil selama satu tahun, tanpa bunga. Tapi saya menolak tawaran bagus tersebut. Banyak teman yang menyayangkan keputusan saya dan terus membujuk saya untuk ikut. Saya menjawab dengan enteng, "Aku lebih baik menabung selama satu tahun dari pada harus berhutang satu tahun".

Saya tidak mau berhutang lagi. Alasannya? Tentu bukan alasan syar'i. Saya bukan orang yang pintar dalam hal agama. Meskipun ingin sekali berhijrah, tapi saya masih suka follow akun instagram cewek cantik dan seksi, bahkan saya juga beberapa kali masih nonton film ***** meskipun istri saya selalu ngomel saat mengetahui saya melakukan itu.

Juga bukan karena alasan klise seperti, "Hanya untuk piknik saja sampai berhutang, piknik bukan kebutuhan pokok". Tentu saja tidak. Justru saya dan istri sangat memerlukan piknik. Sejak istri saya hamil, kami tidak pernah piknik. Kami kurang piknik. Apalagi Thailand adalah salah satu destinasi impian kami berdua.

Sedikit bercerita soal Thailand, saya mulai tertarik dengan Negeri Gajah Putih sejak nonton film Suck Seed. Sejak saat itu saya gemar sekali mengkoleksi film-film Thailand. Kegemaran saya ini saya tularkan kepada istri saya dengan mengajaknya nonton film ATM Error. Dia suka dan mulai cari-cari film Thailand koleksi saya. Hingga kami pun punya keinginan suatu saat akan pergi ke Thailand bersama.

Beberapa bulan setelah saya bekerja ditempat kerja saya yang sekarang, saya dan teman-teman mendapat sosialisasi tentang Cerdas Mengelola Keuangan. Kami semua diajari bagaimana cara agar gaji kami tidak langsung habis di awal bulan juga bagaimana cara agar kami tetap memiliki uang saat masa pensiun telah datang tanpa membebani anak-cucu. Harapannya, selain agar kami lebih cerdas lagi dalam mengelola keuangan juga agar kami dapat mensosialisasikan pengelolaan keuangan dengan cerdas ke masyarakat disekitar kami, seperti keluarga terdekat.

Dalam sosialisasi tersebut, saya mengambil poin bahwa berhutang tidak dilarang namun harus bijak dalam berhutang. Hutang dianjurkan untuk sesuatu yang produktif dan sebisa mungkin tidak berhutang untuk keperluan konsumtif. Ada tiga hal yang harus dipertimbangkan saat berhutang, yaitu:
  1. Berhutang pada lembaga resmi seperti bank, lembaga pembiayaan dan pegadaian. Serta tidak berhutang kepada rentenir.
  2. Pastikan jumlah cicilan tidak melampaui kemampuan keuangan, maksimal 30% dari penghasilan
  3. Jangan memaksakan diri mengambil pinjaman tambahan jika jumlah cicilan mendekati 30% dari penghasilan saat ini.
Sampai hari ini, cicilan hutang yang harus saya bayarkan setiap bulannya sudah mendekati 30% dari penghasilan saya setiap bulannya. Saya juga mengalokasikan 10% dari penghasilan saya untuk membawa istri dan anak saya untuk piknik ketempat yang agak jauh.

Untuk itu, saya memutuskan untuk tidak lagi berhutang kepada siapapun ataupun lembaga manapun agar cicilan yang harus saya bayarkan tidak lebih dari 30% dari penghasilan saya sembari menabung agar kami sekeluarga bisa piknik ketempat yang agak jauh.

Dengan alasan tersebut, saya menolak dengan tegas tawaran terbaik untuk piknik ketempat yang sangat kami idam-idamkan selama ini, Thailand. Beberapa teman bahkan mengatakan, "Kan gak ada bunga jadi gak ada bedanya bro antara nabung dan hutang".

Tapi ini masalah prinsip dan sebuah janji untuk tidak lagi berhutang. Dan inilah saat paling tepat berhenti berhutang.

3 komentar untuk "Saat Paling Tepat Berhenti Berhutang"

  1. Saya jadi ingat pengalaman untuk menghindari hutang juga. Jadi satu tahun lalu, saya membeli sebidang tanah untuk membangun rumah. Karena yang punya tanah masih saudara, dia menyampaikan agar saya membayar tanahnya 25% terlebih dahulu, sementara sisanya dibayar nanti (hutang dulu) sambil lalu saya mulai membangun rumah.
    Tapi saya menolak dan juga menyampaikan, saya lebih baik nabung dulu, dan tidak punya rumah daripada punya rumah tapi punya hutang.

    Tapi benar, urusan hutang kembali kepada prinsip dan komitmen kita masing-masing ya, mas.

    Salam bahagia..

    BalasHapus
  2. semua orang pada dasarnya tidak ingin berhutang, tetapi ada waktu dimana mebuat orang tersebut terpaksa atau terdesak yang mengakibatkan untuk berhutang. Memang perlu adanya perhatian besar terhadap mana yang memang menjadi kebutuhan dan keinginan. sehingga pengeluaran uang tidak salah penggunaan.

    BalasHapus
  3. Aku juga bukan orang yang pinter agama tapi yang pasti selalu berusaha menghindari utang untuk hal yang gak darurat. Beberapa hari yang lalu aku posting tentang utang tapi bukan dalam rangka lomba blog atau apapun tapi hanya sekedar cerita tentang 'apa iya utang/kredit bisa menambah semangat kerja'. Aku mengamati dari orang-orang sekitar terutama yang terjebak lilitan utang hanya untuk hal-hal yang sebenarnya tidak mendesak, tidak hanya satu atau dua orang tapi beberapa dan mereka semua tidak ada yang happy ending. Tapi ya soal hutang memang kembali ke prinsip masing2.

    BalasHapus