Alasan Menggunakan 'Aku'

Alasan Menggunakan 'Aku' Disetiap Tulisanku
Model: Nazwa Rifatul Lutfiana (Spupuku, 1½ tahun)
Terjatuh di Alun-alun Jember
Alasan Menggunakan 'Aku' - Setiap orang pasti memiliki gaya bahasanya sendiri, tata cara bahasanya sendiri. Termasuk cara menulis dan memperkenalkan dirinya, cara meng-aku-kan dirinya, cara menyebut dirinya dalam tulisannya. Ada yang pakai aku, saya, gue, ane, dan beberapa lagi langsung menyebut namanya sendiri, seperti misalnya "Hari ini Nazwa pergi ke pasar sama ibu, Nazwa dibeliin roti goreng loh!". Yang jelas setiap orang memiliki karakter dan ciri khasnya sendiri. Aku lebih sering menggunakan 'aku' untuk mendeskripsikan siapa aku, meng-aku-kan diriku, dan menyebut diriku dalam tulisanku. Ada 5 alasan aku menggunakan 'aku' untuk hal yang satu ini.

  1. Belum mengerti tentang cara penulisan sudut pandang orang ketiga ataupun cara penulisan jurnalistik. Meskipun dari kecil aku suka membaca, aku paling tidak suka pelajaran Bahasa Indonesia, karena menurutku terlalu bertele-tele, terlalu banyak aturan yang harus dihafalkan, tidak seperti matematika dan fisika yang tak harus dihafal, cukup dimengerti saja. Sejak kecil nilai Bahasa Indonesiaku selalu mepet dengan rata-rata kelas tak pernah jauh diatas. Aku tak pernah benar-benar paham tentang aturan penulisan huruf kapital, tanda baca, majas, denotasi-konotasi, surat-menyurat, bahkan tata cara penulisan sudut pandang orang pertama, kedua, ketiga baik tunggal ataupun jamak dan lain-lain.

  2. Belum bisa melepas 'aku' dalam tulisanku. Terkait dengan alasan pertama diatas, aku juga tak pernah jago mengarang (tak pernah jago mengarang bukan berarti tak pernah jago berbohong). Kebanyakan tulisan diblog ini merupakan pengalamanku sendiri bukan orang lain, bukan cerita karangan berbentuk fiksi. Pengalaman yang terlalu banyak menceritakanku, aku bingung bagaimana cara merubahnya menjadi sebuah karya bersudut pandang orang kedua atau ketiga. Bukannya tak bisa, buktinya beberapa blogger bisa dan mampu dengan sangat rapi melakukannya. Suatu saat aku harus melakukannya.

  3. Terbiasa menggunakan 'aku' dalam kehidupan sehari-hari. Lahir dan besar di Jember membuatku terbiasa menggunakan 'aku' dalam segala percakapan sehari-hari. Dengan siapapun itu, dengan keluarga, teman, sahabat, pacar, ataupun mantan pacar. Kecuali percakapan dengan atasan, dosen, guru, atau orang yang jauh lebih tua. Yah meskipun pernah dua-tiga tahun di Banjarmasin tapi itu tak masuk hitungan. Mungkin kalau saja sampai sekarang aku masih hidup disana, aku pasti menggunakan 'ulun'.

  4. Karena saya terlalu formal dan tak pernah menggunakan gue atau ane dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun nama samaranku diblog ini terlalu formal dengan membubuhkan 'Insinyur', tapi aku lebih nyaman menggunakan 'aku'. Yah anggaplah aku sebagai Insinyur yang nyleneh atau bisa juga Insinyur yang lupa akan ke-insinyuran-nya. Atau aku harus merubah nama samaranku ini?

  5. Terinspirasi film 'Ada Apa Dengan Cinta'. AADC adalah film romantis pertama yang pernah kulihat dan mungkin satu-satunya yang membekas diingatan. Film yang memperkenalkan kata-kata yang sedang beken, “Terus salah gue? Salah temen-temen gue? Salah keluarga gue?” –ini memang menampilkan beberapa puisi romantis dan kata-kata romantis. Tapi bukan itu yang menginspirasiku. Lewat film yang diperankan oleh Dian Sastrowardoyo ini aku jadi tahu bahwa beberapa orang menggunakan elo-gue untuk teman-teman (teman jauh, teman dekat, sahabat, saudara seumuran) dan orang yang kurang dikenal, sedangkan aku-kamu untuk orang-orang yang memiliki hubungan lebih dekat dan lebih intim (pacar atau kekasih). Meskipun sebenarnya Cinta dan Rangga dalam film ini lebih sering menggunakan saya dan kamu. Aku ingin terlihat lebih dekat dan lebih intim dengan pembaca blog ini, meskipun lebih banyak fast reader, ghost reader, dan silent reader.
Ya seperti itulah alasanku menggunakan 'aku', meskipun tak jarang juga menggunakan elo-gue atau saya dalam kotak komentar pada blog teman-teman saat menjelma sebagai walker. Itu menjadi semacam hak masing-masing orang bukan? Lalu bagaimana dengan teman-teman semua?

27 komentar untuk "Alasan Menggunakan 'Aku'"

  1. kl saya sih sering pake saya,tapi kadang aku..kl aku seringnya pas dipake bt puisi hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah baru ngerti kalau Aku itu lebih pas kalau dipakai buat puisi.

      Hapus
  2. kalo gue sih bang, ga tau sering make aku, saya, atau gue. Kadang kalau lagi galau nulis postingan make aku, kalo lagi nyantai gue, kalau saya gatau deh-_-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah kalau begitu, tulisan saya banyak galaunya dong. Kan semuanya pakai aku hahahaha :D

      Hapus
  3. saya = resmi
    aku = akrab
    gue = belum dikenal

    gitu ya?

    BalasHapus
  4. didaerah ku..., jika menggunakan kata "aku" kepada yang lebih tua terkesan kasar..., biasanya pakai nama..atau saya...., tapi tergantung kebiasaan juga...

    BalasHapus
  5. kalau gue nulis di blog sering gunain "riizhu" nama gue di blog, alasannya, biar beda dari yang lain dan biar ga gampang di copas aja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ga gampang di copa? Iya sih ya kadang-kadang tukang copas itu bego, lupa edit dulu hahaha.

      Hapus
  6. Penyebutan tinggal tergantung keadaan sih, kalau aku.

    BalasHapus
  7. ada benernya sih dari artikel ini .tapi kala makai kata "aku" karena kebiasaan
    nice !

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apanya yang bener? Ini post bukan ngajarin, tapi bercerita @_@

      Hapus
  8. Hehehe kalo aku sendiri pake 'Saya'. Mungkin karena kebawa bacaan kali ya. Jadi lama-lama lebih nyaman. Tapi iya bener, kalo di kolom komentar kadang aku, kadang gue, kadang sebut nama, tergantung hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya yang penting nyaman, kalau nggak nyaman kan nggak enak juga nulisnya.

      Hapus
  9. Itu kan kembali ke diri masing-masing aja sih ya, yang nyamannya aja gimana.
    Kalo saya sendiri sering pake 'gue', walaupun sehar-hari aku. Soalnya kalo ditulisan kalo nulis aku kesannya terlalu puitis gimana gitu. Haha
    Karena itu pake 'aku' kalo lagi nulis puisi aja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bener tergantung sama dirinya masing-masing. Kalau nggak nyaman nulisnya, pembacanya juga nggak nyaman kan. Baru tau kalau aku itu puitis hahaha

      Hapus
  10. Hmm, kalau gue gak pernah pake aku. Kalau orang ngomong sama orang yang lebih tua baru deh pake saya. Entah kenapa kata 'aku' terlalu lembut aja buat gue. Dan jika ngobrol dengan orang tua sendiri, gue selalu pake nama bang. Hehe.

    BalasHapus
  11. gua sendiri jarang pake "gue" ditulisan gua, kalo ngomong sehari-hari juga bukan "gue" tapi "gua" karena bagi gua, gue itu terlalu berlebihan, semoga lu ga ribet ya baca nya, amin. tapi semua selera aku, lu, gua itu semua kembali lagi sih ke diri masing-masing, kalo gua gigi 1 aja, semua kata yg mencerminkan "saya" bisa gua aplikasikan di diri gua, asal tempat nya itu cocok buat dipake, paling kalo lagi gath sesama blogger, untuk yg umur nya muda ya tetep gua & lu, tapi kalo untuk yg lumayan ada umur nya, gua sendiri sering pake "saya" "mas" & "mba" gitu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini komentar paling kerenn hahahaha. Mau pakai gua, gue, saya, aku atau apapun ya terserah ya :D Tergantung tempanya juga :)

      Hapus
  12. gue udah terbiasa pake "gue" sih kalo nulis di blog. kalo kehidupan sehari-hari, gue malah pake bahasa jawa. jadi beda lagi deh hehe

    BalasHapus
  13. masih labil akunya haha. Tapi kalau menurut aku pas lagi make kata "gue", emang pas aja kalo cerita, jadi feel-nya nyampe kesannya. Kayak ke temen. Pernah coba "saya" tapi formal banget. Pas make "aku" bingung juga nyusun katanya.. mungkin emang belum terampil dalam dunia tulis menulis kali ya, masih harus banyak belajar ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memakai aku, saya, gue itu bukan diukur tentang terampil atau tidaknya menulis. Tergantung nyamannya yang mana sih.

      Hapus
  14. Jika sedang menggunakan bahasa Jawa—baik lisan maupun tulisan—saya akan menggunakan aku. Tetapi untuk bahasa Indonesia, saya memilih saya sebagai kata ganti pertama, karena saya dalam KBBI—selain digunakan dalam lingkungan formal—juga bisa dipakai untuk ragam komunikasi biasa (tidak terlalu akrab juga tidak terlalu jauh).

    BalasHapus