Aku Akrab Dengan Suara Gamelan Sejak Kecil

Personil Kiai Kanjeng
Gamelan - Aku terlahir dan besar di Pulau Jawa diantara keluarga Jawa-Madura. Sedikit cerita tentang keluargaku. Ibuku berasal dari keluarga Madura-Jember tulen. Sedangkan Ayah adalah keturunan Jawa tulen. Menurut ayah, Mbah Buyutku (Mbah Buyut adalah orang tua dari kakek atau nenek) adalah orang asli Ponorogo. Dari Ponorogo ke Jember mengendarai spedah ontel dengan membawa satu mesin jahit, lalu merintis usaha disebuah pasar kecil di Kecamatan Ambulu Jember. Hingga saat ini pun beberapa keturunannya (termasuk keluargaku) menetap di Jember. Darahku teraliri campuran darah Madura dan Jawa tak lantas membuatku fasih berbahasa Jawa ataupun lancar berbahasa Madura. Malahan aku tak pandai terhadap kedua bahasa itu. Dalam bahasa Jawa, aku hanya bisa berbahasa ngoko, tapi tak pernah lancar berbahasa kromo. Bahasa Madura malah lebih parah, aku hanya mengerti ucapan orang lain yang berbahasa Madura tapi tak bisa mengucapkannya.


Keluarga kami membebaskan kami, anak-anaknya, menggunakan bahasa apapun dirumah, asalkan sopan dan bukan bahasa asing. Aku dan adikku kebanyakan menggunakan Bahasa Indonesia terkadang bercampur bahasa Jawa. Sopan santun dan tata krama kejawaan selalu diajarkan oleh ayah kepada kami.

Waktu ku kecil ayah sering mengajakku melihat pertunjukkan wayang kulit, tapi sayang sekali aku tak pernah mengerti dan bukannya kritis bertanya, aku malah tertidur dipangkuan ayah. Kadang ayah mengajakku untuk melihat pertunjukkan campursari, yang masih banyak dipanggungkan dimasa kecilku dulu. Ayah suka sekali mendengarkan lagu-lagu Jawa di radio, bahkan ayah punya satu kaset VCD lagu campur sari yang sering aku putar.

Saat SMP aku berhasil masuk ke salah satu SMP besar di Jember. SMPN 1 Jember. Disana aku mulai dekat dengan gamelan. Di SMPN 1 Jember ada ekstrakulikuler seni musik. Tak hanya mengajarkan tentang musik modern, tapi Pak Gik (guru seni musik kami) mengajarkan seni musik tradisional, yang memang ada satu set gamelan disana. Setiap minggunya ada latihan bareng Pak Gik diluar jam sekolah. Saat itu aku masih kelas 1 saat pertama kali bergabung pada ekstra kulikuler ini. Sempat berlatih intensif untuk acara perpisahan kelas 3 dan aku didaulat memegang gong dan 'kecrekan'. Aku tak bisa memilih alat musik lain, karena aku terlambat saat pemilihan alat musik.

Latihan berjalan lancar. Bahkan gladi resik pun kami tampil didepan seluruh siswa SMPN 1 Jember. Percaya diriku masih tinggi saat itu. Tapi saat hari H, demam panggung malah menghantuiku. Aku takut, aku tak berani keluar kelas. Acara berlangsung aku seharian berada dikelas sendirian, aku tak peduli dengan cerita sekolahku yang angker. Yang penting aku tak terlihat oleh teman-temanku, terutama oleh Pak Gik. Aku lebih takut bertemu mereka ketimbang mendengar cerita sekolah angker. Untungnya Pak Gik bisa meng-handle semua itu. Sejak saat itu aku tak pernah ikut lagi ekstra kulikuler musik, bahkan saat pelajaran Seni Musik, aku lebih sering tertunduk malu terhadap Pak Gik.

Aku suka suara-suara gamelan, tapi bukan suara gamelan murni, bukan suara gamelan pelog atau selendro. Aku suka instrumen gamelan yang dicampur dengan instrumen musik yang lain, aliran musik yang lain. Sudah ku ceritakan bukan betapa bergairahnya darahku saat pertama kali melihat musik Kiai Kanjeng dengan gamelannya pada 5 November 2013 (ceritanya: Pagelaran Kyai Kanjeng Pada Festival Tegal Boto 2013 Universitas Jember). Menggabungkan gamelan dan alat musik lainnya dengan sangat apik dan epic. Mereka menggubah lagu-lagu dengan arangement yang ciamik.

Tiga hari lalu, seperti biasa merubah wujud menjadi walker dan blusukan di blog milik teman-teman blogger. Kali ini ada kabar bahagia dari salah seorang teman blogger di Warung Blogger, Pak Edi Padmono, yang tengah berbahagia karena dikaruani putra kelima yang beliau beri nama Zuhdi Daiyaan Najamuddin Adzakhi. Nama yang indah, semoga kelak menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, rendah hati dan taat beribadah, sesuai dengan arti namanya yang juga indah. Yang membuatku tertarik adalah sebuah lagu yang tertempel di bagian sidebar blog Menuju Mahdani ini. Diamond. Sebelumnya aku tak pernah tertarik dengan lagu yang dibawakan oleh Rihana ini, apa lagi suka. Tapi yang membuatku tertarik adalah lagu ini dibawakan dengan musik gamelan. Aku tak tau ini gamelan Jawa, Sunda, atau Bali, tapi yang jelas ini GAMELAN!

Tulisan ini seperti meracau tidak jelas tak tentu arah. Sebenarnya tulisan ini bertujuan menceritakan betapa aku suka gamelan, tapi sepertinya tak tersampaikan dengan benar dengan bahasa yang berantakan seperti ini. Tapi yang jelas... I LOVE GAMELAN. Lain waktu akan kuceritakan lebih detail tentang Gamelan, kalau saja aku berhasil kembali mempelajari gamelan.

17 komentar untuk "Aku Akrab Dengan Suara Gamelan Sejak Kecil"

  1. gue suka sama lantunan gamelan kak:D
    berkesan gmna gitu...

    BalasHapus
  2. gue juga suka ndengerin Kyai Kanjeng nyanyi :P

    BalasHapus
  3. wah. kalau gua kurang ngerti gamelan sob. gak lahir dan besar di jawa soalnya. hehe
    tapi gua tetap suka budaya indonesia

    BalasHapus
  4. wah, bisa dong diajarin main gamelan :)

    BalasHapus
  5. iya suka banget sama suara gamelan.. khas banget.. ditambah lagi gamelan termasuk alat musik Indonesia yang mendunia banget kan.. walau kesannya malah para bule yang lebih excited mempelajari gamelan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang sekarang ini kelihatannya banyak sekali bule yang sedang mempelajari gamelan.

      Hapus
  6. Pokok e nyenengkeh he he : http://www.youtube.com/watch?v=Rad_SEC2idA

    BalasHapus
  7. We Love Gamelan.. :D

    Nice Post!

    BalasHapus
  8. Keren gilak! Bikin adem di hati dan telinga :3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Keren doang nggak pake gila hahaha :D
      Saya memang orangnya keren
      *Halah hahaha

      Hapus
  9. Kereeeen! Pas buka langsung kaget karena lagunya kesetel!! Wuidiiih
    Gue selalu iri dengan orang yang seperti anda. Kebetulan telahir di daerah yang kental budaya. Pengen jadi anak daerah mana pun asal bukan Jakarta. Heuheuheu

    Ps: kenapa yah orang jember banyak yang punya campuran dengan madura? Temen gue juga gitu soalnya. Salam kenal

    BalasHapus