Aku Juga Pengen Cepet Lulus


aku gak butuh pertanyaan apa, kenapa, kapan, dan bagaimana karena aku sudah bosan mendengarnya hanya menambah capek pikiranku, aku juga gak butuh suntikkan semangat atau penyemangat karena semangatku masih meluap seperti para calon presiden yang sedang berkampanye, SUMPAH AKU CUMA BUTUH KETENANGAN.
Yah akhirnya blog ini jadi tempat galauku lagi. Mungkin beberapa teman Facebookku sempet melihat status diatas, status yang sempet aku post cuma dalam waktu 5 menit, tapi langsung ku delete hahaha... Alasannya simpel, pasti orang-orang di Facebook menyangka "ah ini orang banyak mengeluh tapi ngerjakannya sedikit". Terlalu riskan membagi sumpekku di khalayak ramai seperti Facebook, yah meski pada akhirnya dilampiaskan ke blog juga, tapi gak masalah toh pembaca blog ini gak banyak-banyak amat. Aku sendiri sudah gak punya tempat lagi untuk bercerita, ceritaku hanya akan menjadi keluhan ditelinga pendengar. Tapi kali ini aku benar-benar CAPEK dan BOSAN. Bukan capek ngerjain skripsi, bukan bosan ngerjain skripsi tapi aku benar-benar capek dengar pertanyaan "kenapa skripsinya gak selesai-selesai?", "kapan skripsinya selesai?", "kapan lulus?". Semangatku dalam mengerjakan skripsi ini sangat berapi-api, tapi pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang sering aku dengarkan akhir-akhir ini, dan memang Oktober ini aku sudah 5 tahun 1 bulan menyandang status MAHASISWA. Penyesalan karena dulu menyia-nyiakan waktu kuliahku pasti ada, yah kalo gak ada ya gak bakal ada niat buat skripsi dan memang penyesalan itu penting untuk kehidupan manusia, tapi gak aku bawa lama-lama rasa sesal itu, buat apa?

Aku segera lulus dan menyandang gelar ,S.T. lalu cepat bekerja bukan hanya menjadi impian orang tua atau semua keluarga besarku. AKU JUGA PENGEN CEPET LULUS WOY! Bukan cuma mereka saja yang pengen, aku juga. Beribu alasan yang membuat semangat ini berkobar untuk lulus. AKU GAK MAU JADI BENALU DIKELUARGA CUMA NGEMIS MINTA-MINTA UANG. Tapi mereka sama sekali gak mau ngerti. Mereka cuma bisa menyalahkan dan menyalahkanku atas keterlambatanku lulus. Aku juga bisa menyalahkan mereka dan bilang bahwa mereka juga punya andil dalam keterlambatanku lulus. Tapi kalau itu terjadi, apa bedanya aku dengan mereka? Toh nanti jadinya mereka menyalahkanku dan aku menyalahkan mereka akhirnya kami semua saling menyalahkan, itupun gak akan mengeluarkan solusi akan skripsiku secara tiba-tiba. Sudahlah asal aku tau apa salahku dan salah mereka yang berdampak pada kesalahanku, aku akan berusaha sekuat hati untuk memperbaikinya.

Sejarah skripsiku juga rumit. Banyak yang bilang, bahkan dosenku yang sekarang kuliah S3 di Ausi, skripsi S1 itu gak usah susah-susah, namanya juga masih belajar, nanti kalau sudah S2 dan S3 mumet itu lumrah. Masih segar dalam ingatanku waktu semester 5 (jauh dari kewajiban untuk skripsi), aku punya ide untuk skripsiku dan coba bertanya pada 2 orang dosen yang berpengaruh (saat itu) di kampus. Ya memang bakal calon skripsiku ini aku ambil dari judul kakak kelasku D3 yang sudah jauh lulus, tapi dari yang aku mengerti soal skripsi, "boleh menyempurnakan alat/penelitian orang lain", dengan PeDenya aku membuat ide-ide pengembangan yang, menurutku, cemerlang. Gak banyak perubahan yang aku cetuskan, tapi pasti akan jauh menyempurnakan penelitian sebelumnya. Tapi kedua dosenku itu berkata, "ah mas ini kelas D3, S1 bukan seperti itu". Sejak saat itu aku mumet sendiri soal judul skripsi. Apalagi setelah perombakan kabinet jurusan di kampusku. Temen-temen bilang pengajuan judul skripsi semakin susah. Semakin limbung lah aku dalam pencarian judul.

Tapi atas dorongan hati kecilku untuk segera lulus, akupun mencoba mencari judul yang pas dan tepat. Judul pertama aku dapatkan dan aku diskusikan dengan dosen dan ternyata menurut beliau bagus. Akupun mencoba mencari banyak info dan sumber, tapi karena waktu itu KKN, jadi terbengkalailah pencarian info itu. Setelah KKN usai aku mencoba kembali dalam pencarianku sambil PKL. Suatu saat ada seminar judul teman-temanku dan akupun datang melihatnya, dan ternyata judul itu dipakai temanku. Argh kenapa 2 orang manusia yang jarang berkomunikasi bisa punya pemikiran yang sama, tapi aku kalah cepat. Judul barupun aku rancang dengan cepat dan gak bertele-tele lagi.

Ya skripsi Teknik Elektro tidak hanya mencari masalah lalu dianalisis dan mencari solusinya beres. Tidak seperti itu. Meski di universitas lain pada jurusan yang sama bisa seperti itu, tapi lain halnya di universitasku. Teknik Elektro jurusan Elektronika harus mencari masalah, merancang alat, membuat alat, analisi dan cari solusinya(fyi: jurusan lain boleh cuma analisis data saja) . Bahkan yang terahir ini ku dengar kaprodi kami yang tercinta membuat suatu peraturan, yang mengharuskan semua mahasiswa tidak membuat sekedar analisis suatu masalah, tapi minimal simulasi sebuah alat, sukur-sukur bisa membuat alat dan yang terpenting itu harus berguna untuk manusia. Belum lagi aturan-aturan penjadwalan yang aneh. Ya memang peraturannya konsepnya bagus, tapi tidak terkover dengan baik.

Keluargaku gak ngerti sejarah panjang yang seperti ini. Keluargaku gak ngerti kebingunganku. Aku bisa jelasin ke orang tuaku, dan mereka sedikit mau mengerti. Tapi tidak dengan keluargaku yang lain seperti pak dhe, bu dhe dan lain-lain. Yang mereka tau skripsi itu seperti anak SMA bikin makalah terus sidang, ujian akhir seperti anak SMA lagi UNAS. Aku coba jelaskan, ini harus bikin alat dan itu butuh konsentrasi, alatku lumayan susah. Mereka cuma bisa menanggapi dengan enteng "kenapa cari judul yang susah? kenapa gak cari yang gampang aja?". Sumpah pengen ku "tai-tai-in" aja orang yang tanya-tanya seperti itu, tapi aku coba sabar, aku coba diam, aku coba berfikir "udah mereka ngomong gitu karena gak tau rasanya", tapi rasanya nyesek juga. Aku udah capek ditanyain seperti itu. AKU JUGA PENGEN CEPET LULUS WOY! Pertanyaan-pertanyaan itu cuma akan merusak moodku.

Skripsiku sangat bergantung dengan moodku, moodku bagus ide untuk pengerjaannya juga muncul dan harus segera di kerjakan, mengingat ingatanku yang buruk dan takut moodku tiba-tiba dirubah orang lain. Semua teman dan sahabatku bilang, kalo aku seperti ini terus gak baik untuk masa depanku. Kerja cuma nunggu mood. Aku sendiri sempet kawatir dan mencoba merubah sifat itu, susahnya minta ampun. Aku pikir ada benarnya juga temenku, gak baik juga nanti didunia kerja. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, aku pernah kerja juga, meski gak lama, tapi totalitas banget menurutku karena kerjanya 24 jam. Aku ingat banyak kejadian-kejadian yang merusak moodku tapi itu semua gak merubah caraku bekerja dan tetap enjoy. Mungkinkah kerjaku yang tergantung mood ini cuma saat skripsi aja? Nanti kalo dah kerja gak gitu lagi? (toh dah ada pengalaman yang seperti itu). Apapun itu aku sekarang ini cuma pengen ketenangan dan aku gak butuh pertanyaan apa, kenapa, kapan, dan bagaimana karena aku sudah bosan mendengarnya hanya menambah capek pikiranku, aku juga gak butuh suntikkan semangat atau penyemangat karena semangatku masih meluap seperti para calon presiden yang sedang berkampanye. Sampai-sampai nih aku sendiri merubah semangat idolaku, Bung karno, "merdeka atau mati". Tidak-tidak... aku gak setuju sama Bung Karno, kata "merdeka atau mati"hanya akan menjadikan alasan para pengecut untuk memilih mati, maka merdekalah sebelum mati. Jadi ku ubahlah semangat Bung Karno itu menjadi "AKU GAK AKAN MEMILIH MERDEKA ATAU MATI, KARENA KAN KUPASTIKAN AKU MERDEKA SEBELUM KU MATI!"

Barakallahu minna wa minkum.

1 komentar untuk "Aku Juga Pengen Cepet Lulus"

  1. Postingannya tahun 2012, tapi aku baru baca sekarang... tapi aku juga ngalamin hal yang sama persis dengan yang ditulis di blog ini. :D

    Cuman bedanya, aku marah kalau ada yang berani nanya soal skripsi dan bertanya 'kenapa pilih judul yang sulit', 'kenapa lama', 'lagi ngapain? kok gak dikerjain skripsinya'.. dst dst.. termasuk ke keluargaku. Soalnya aku sambil kerja sejak masih kuliah semester awal. Akhirnya mereka gak ada yang nanyain lagi ke aku. :)))

    Kalau aku masalahnya ada di prioritas. Aku lebih memilih kerja karena kondisi emang gak memungkinkan buat ninggalin pekerjaan. Tapi mesti ada yang tanya, kenapa gak diselesaiin aja dulu skripsinya, nanti kan bisa kerja lagi dan dapat gaji lebih baik soalnya udah punya gelar. Sebel sama yang ngomong kayak gitu. Kayak mereka tau kondisiku aja. Pengen rasanya ngomong, "oke, gpp. Aku selesaiin skripsi, dan berhenti kerja, tapi selama itu, bayarin duit kuliahku, hidupku, sama makan keluargaku ya? Mau?" udah gitu aja.

    Intinya, 'kalau gak tau sama apa yang lagi diperjuangkan seseorang gak usah sok ngasih nasihat."

    Duh, jadi curcol... T_T

    BalasHapus